Andrey, Founder sekaligus Roaster dari ROWT Roastery memulai awal karirnya di dunia perkopian pada tahun 2016 sebagai barista dan terus merintis karirnya hingga menjadi produsen atau roaster. ROWT Roastery sendiri mulai berproduksi pada bulan Maret 2020 dan merupakan home-produce roastery karena memproduksi dalam skala kecil dan masih mengkurasi kopi-kopi lokal. Menjadi seorang roaster diawali karena adanya ketertarikan dan pengetahuan yang mumpuni dari proses awal hingga produk jadi. Untuk saat ini, Andrey dan Rowt Roastery-nya belum melakukan bisnis secara B2B karena kapasitas produksi yang terbatas dan adanya keinginan untuk fokus pada manual brew.
Boleh cerita sedikit tentang kolaborasi antara Lo dan Filosofi Kopi? Kenapa
kedua beans (Campaka dan Sangir) ini yang lo bawa untuk kolaborasi kali
ini?
Yang bakal gua bawa ke Jakarta Coffee Week 2021 bareng sama Filosofi Kopi ini
bawa 2 kopi. Campaka Experimental Lot dari processor yang udah kerjasama
bareng gua dari lama. Experimental lot ini gua request nano lotnya untuk
processor eksplor sendiri dari segi processing. Jadi gua ambil beberapa beans
yang cukup unik dan gua bawa di event ini. Dan Sangir yang dari Solok,
Sumatera Barat terhitung baru processornya. Baru ambil beberapa hasil
panennya tapi cukup tertarik sama biji kopi Sangir Honey karena untuk kopi
dengan proses honey, ini salah satu yang cocok untuk selera gua dan kalau dari
segi roasting, cocok untuk di eksplor banyak hal
Sering ngelakuin kolaborasi gak sih?
Beberapa kali kolaborasi dijalankan bersama dengan coffee shop yang sudah
bekerjasama dalam bentuk B2B. “Kita punya agenda perbulan untuk rilis di
coffee shop partner karena gak ada offline store untuk display. Jadi pake
fasilitas dan crowd untuk membangun awareness terhadap kopi yang baru
dirilis. Jadi turunan dari beans kolaborasi dengan coffee shop partner yang
pernah gue jalanin itu hasilnya end product minuman.
Lo melihat tren kopi di Indonesia sekarang arahnya kemana nih?
Semenjak pandemi sih gua liat banyak micro roastery mulai muncul. Salah
satunya gua; sebagai pemain baru. Kalo diliat trennya banyak yang menarik
karena mereka (micro roaster baru) punya kapasitas untuk sourcing kaya yang
gua lakukan.”
Dari tren yang naik-turun sejak pandemi membuat adanya waktu yang dapat
digunakan untuk memaksimalkan kemampuan gua. Gua coba bikin karakter
dari roastery yang gua bangun. Salah satunya dari segi visual dan dari segi
edukasi. Menurut gua banyak beans yang unik tapi belum sampe ke telinga
masyarakat luas karena informasinya terbatas. Gua sebagai orang yang
menurut gua punya keleluasaan untuk itu, gua coba display dan tawarkan ke
market gua pribadi.
Spirit dari ROWT itu kan sourcing and crafting, Itu filosofinya seperti apa
Ndre
“Sourcing and crafting the flavours of origins. Sourcing karena gua suka eksplor dan mencari beans yang menurut gua punya potensi untuk dikenalkan ke masyarakat yang lebih luas. Crafting karena roastery ini jenis art yang menghasilkan produk dengan nilai jual yang berbeda dengan minuman.”
Gimana cara lo menghadapi pandemi ini?
Dalam proses membangun Rowt Roastery ini, gua cukup kaget karena
bertepatan dengan awal adanya pandemi. Ditambah keputusan gua untuk
resign dari kerjaan gua sebelumnya bikin gue sedikit goyah untuk mulai
berbisnis. “Tapi setelah berjalan, kalau lo fokus ada hasilnya. Salah satunya
setelah pandemi itu mulai, ada PSBB dan teman-temannya itu, waktu itu
memang fokusnya ngebangun barang yang menurut gua layak dijual dan punya
potensi untuk setelah PSBB longgar dan jualan lebih luas. Menurut gua cukup
berhasil karena waktu itu gua punya waktu sekitar 2 bulanan untuk eksplor
dari segi roastingnya, dari segi grind beans dan segala macem sampe akhirnya
juga bisa gua jual dan cukup diterima sama beberapa kalangan dan akhirnya
bisa fokus sampe kaya sekarang dan punya beberapa special lot juga.”
Berarti awal-awal Rowt Roastery itu targetnya home brewers ya?
Home brewers menjadi target dari Rowt Roastery. Selain itu, Rowt Roastery
juga mementingkan edukasi kepada home-brewers sebagai nilai tambah yang
bisa ditawarkan kepada market. “Emang awal mulanya gua gak muluk-muluk
cari coffee shop karena ya coffee shop tutup dan gak punya market yang tetap.
Waktu itu juga home brewers juga mulai bermunculan mereka juga udah
berani buat nyeduh sendiri.